Sabtu, 06 September 2008

KESABARAN ALLAH YANG LUAR BIASA

(Roma 2 : 4)


Yang paling saya ingini dalam hidup ini adalah Allah berkenan menunjukkan setiap hal yang berlawanan dengan kehendak-Nya dalam hidup saya, dan Dia berkenan memberi saya anugerah yang cukup untuk berpaling dari hal yang berlawanan dengan kehendak-Nya itu. Inilah yang ingin saya lakukan: menyenangkan hati Allah, bukannya mendapatkan pujian dari dunia. Saya ingin hidup sedemikian rupa sehingga Allah dapat bersabda, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat. 25:23). Saya tidak ingin menumpuk sedikit kekayaan di dunia ini serta menerima pujian manusia hanya untuk beberapa tahun yang singkat, dan kemudian mengetahui bahwa ternyata saya tidak menyenangkan hati-Nya.

Betapa indahnya hidup kita, jika Allah telah mengampuni setiap dosa dan kesalahan kita. Betapa murninya hati nurani kita, jika kita telah membawa setiap hal kepada cahaya Allah yang menerangi, berpaling dari dosa kita, dan mengalami pemurnian-Nya yang begitu dalam dan tuntas.

Sebelum renungan ini saya akhiri, ada suatu pemikiran lagi yang menimbulkan pertobatan. Rasul Paulus menulis dalam kitab Roma: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (2:4).

Kiranya Tuhan membuka mata kita hari ini dan menunjukkan betapa baiknya Dia kepada kita dalam hari-hari hidup kita. Mari renungkan bersama-sama! (d. l. moody)

GAYA HIDUP ANAK-ANAK TERANG

(Galatia 5:16, 17)

Kadang-kadang aku bingung bagaimana harus bertingkah laku layaknya anak-anak terang. Ini terjadi karena gaya hidup yang ditawarkan dunia lebih mengasyikkan dan menyentuh kesukaanku. Kelihatannya, dunia memang selalu mengerti dengan apa yang aku suka bahkan dunia menyediakannya bagiku tepat pada saat aku membutuhkannya; tanpa harus menunggu. Akan tetapi aku harus sadar bahwa apa yang dunia tawarkan padaku bukanlah sesuatu yang benar-benar tepat sesuai keinginanku. Sebab kebutuhan utama sebagai anak-anak terang ialah menunjukkan gaya hidup yang cocok dengan Terang Sejati, Yesus Kristus. Jelas ini bertolak belakang dengan dunia. Dunia lebih menyukai aku tetap berada dalam kegelapan, sedangkan Kristus menghendaki aku hidup dalam terang. Tetapi untuk menunjukkan gaya hidup anak-anak terang aku harus rela membayar harga; ada yang perlu aku lakukan, yaitu:


1. Melawan keinginan daging

Hidupku harus dalam pimpinan Roh yaitu menyalibkan keinginan daging bersama Tuhan Yesus. Artinya aku tidak bersahabat dengan dunia (Yak. 4:9).

2. Melawan kuasa yang bekerja dibalik manusia

Aku membiarkan kuasa Tuhan Yesus bekerja dengan aktif dalam diriku, sehingga aku dapat melawan segala kuasa yang menekanku untuk hidup secara daging (Ef. 6:1-12).

3. Melawan kuasa iblis

Aku tidak boleh mengandalkan kekuatanku, tetapi mengandalakan kuasa Tuhan Yesus yaitu tunduk pada-Nya (Yak. 4:7) dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:9).
Hanya dengan cara-cara itulah aku dapat bergaya hidup anak-anak terang. Sealin itu tidak ada cara yang lain, sebab padaku hanya diberikan dua pilihan hidup oleh roh atau hidup menuruti hawa nafsu dunia (kedagingan).

Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah mempunyai kerinduan untuk hidup sebagai anak-anak terang? Mari kita renungkan bersama-sama! (sy@rah)

HIDUP DALAM PENYERTAAN ALLAH
(Filipi 4:8, 9)


Banyak orang dengan mudah menyatakan bahwa hidupnya disertai Allah. Tetapi gaya hidupnya tidak membuktikan hal itu; tindakan tidak sesuai dengan perkataan. Fakta ini jelas menegaskan bahwa hidup seperti telah digambarkan diatas bukanlah ciri hidup yang ada dalam penyertaan Allah. Kalau begitu, apa ciri khas hidup yang disertai Allah? Satu-satunya sumber dan dasar untuk menjawab pertanyaan ini ialah Alkitab. Dalam bacaan kita hari ini, Paulus menuliskan dua hal penting yang merupakan ciri utama sekaligus sebagai cara untuk hidup dalam penyertaan Allah, antara lain :

1. Berpikir sesuai kehendak Allah (ay. 8)

Untuk mengalami penyertaan Allah, orang percaya harus mengarahkan pikirannya pada semua yang benar (hal-hal yang pas dengan standar Allah), semua yang mulia (layak dihormati), semua yang suci (jujur), semua yang adil (kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama), semua yang manis (hal-hal yang indah), semua yang sedap didengar (menerima dan meneruskan laporan yang baik, bukan gosip), semua yang disebut kebajikan, dan semua yang patut dipuji. Semua ini saling bertalian, artinya tidak dapat dipisahkan. Kita tidak boleh memilih untuk melakukan satu hal saja dan mengesampingkan yang lain; semua harus dilakukan.

2. Meneruskan teladan orang percaya (ay. 9)

Mengembangkan gaya hidup sesuai dengan gaya hidup orang percaya atau rasul-rasul adalah langkah selanjutnya untuk hidup dalam penyertaan Allah. Hal ini terfokus pada persoalan-persoalan etika (moral). Tentu saja hal-hal yang memuliakan Allah. Apa yang sudah dipelajari, diterima, didengar, dan dilihat harus diterapkan dalam hidup kita. Inilah cara dan ciri khas hidup yang ada dalam penyertaan Allah. Bagaimana dengan kehidupan kita, apakah kita sudah hidup dalam penyertaan Allah? Sudahkah kita mengambil tindakan yang mengarah pada hidup dalam penyertaan Allah? Mari kita renungkan bersama-sama! (cellinden)

Jumat, 05 September 2008

CARA MENGASIHI TUHAN

(Ulangan 6:1 - 13)


Kadang kita mengalami kesulitan untuk mengasihi Tuhan. Kita tidak tahu cara yang benar untuk mengasihi Tuhan; tetapi Alkitab memberitahukan kepada kita bagaimana harus menunjukkan kasih kepada Tuhan, antara lain:

1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati (ay. 5)

Segenap hati artinya bukan dengan paksaan, bukan juga karena tradisi. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa sama artinya dengan tulus. Inilah ibadah yang sejati (Rm. 12:1); Firman Tuhan menegaskan bahwa yang utama yang harus dilakukan seorang manusia ialah mencari lebih dahulu kerajaan Allah (baca: mengasihi Tuhan – Mat. 6:33). Bukti seorang mengasihi Tuhan ialah tinggal dalam firman-Nya (Yoh. 15:7). Hal ini harus dilakukan dengan setia (Ul. 11:1). Inilah kewajiban kita. Dengan demikian Allah memegang perjanjian-Nya dengan kita (Ul. 7:9, 12-15). Selain itu bukti lain seseorang mengasihi Tuhan ialah mendengarkan perintah-Nya dengan mengasihi dan menuruti perintah-Nya (Ul. 11:13-15)

2. Melakukan tugas dari Tuhan (ay. 6, 7)

Mengasihi Tuhan sesungguhnya tidak hanya mendengarkan dan melakukan firman-Nya tetapi juga harus meneruskannya kepada orang lain. Mengajarkan dan membimbing anak-anak untuk mengasihi Tuhan dengan setia merupakan manifestasi kasih kepada Tuhan. inilah jalan yang telah ditentukan-Nya bagi kita (ay. 12, 20).

3. Komitmen untuk Setia kepada Tuhan (ay. 24 - 25)

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan melakukan tugas-Nya adalah tindakan yang baik akan tetapi semua itu menjadi tidak berguna jika kita tidak setia. Pengukur komitmen kita kepada Tuhan bukan apa yang kita lakukan melainkan kerelaan untuk berpegang teguh (setia) pada segala perintah-Nya.

Apakah kita sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati? Dan sudahkan kita melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita? Dan bagaimana dengan kesetiaan kita? Renungkanlah! (defry)

KEMBALI KE IMAN

(Yudas 1 : 17 - 24)

Ada banyak peristiwa yang mewarnai kehidupan kekristenan kita, mulai dari kejadian-kejadian yang bersifat natural sampai dengan segala peristiwa yang bersifat supra-natural. Tiap kejadian, terutama peristiwa supra-natural, menimbulkan dampak yang berbeda-beda (variatif) terhadap pertumbuhan iman orang percaya. Tentu saja hal ini tidak dapat dipisahkan dengan kapasitas iman orang percaya. Iman yang kuat dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh dunia bahkan hal-hal yang kelihatannya rohani adalah iman yang dibagun diatas kebenaran hakiki, firman Allah. Iman inilah yang tidak akan terbawa dalam omong kosong beberapa orang yang menyebut – bahkan menyamakan – diri dengan Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan menyampaikan ajaran miring. Muncul atau tidaknya ajaran-ajaran yang menyimpang dari firman Allah tidaklah seberapa penting; sebab yang penting ialah sejauhmana keteguhan iman kita pada firman Allah. Firman Allah tidak hanya menyatakan segala hal tentang para penyesat, tetapi juga memberikan tips untuk menghadapi mereka. Yudas merumuskannya kepada orang-orang percaya sebagai berikut:

1. Ingatlah perkataan para rasul (ay. 17; 2 Ptr. 3:2-6)

Ketekunan membaca Alkitab menolong kita dalam memahami munculnya guru-guru palsu.

2. Bangunlah dirimu sendiri (ay. 20; Kol. 2:7; I Tes. 5:11)

Memiliki iman yang suci dan tidak berhenti berdoa adalah ciri membangun diri dalam Kristus.

3. Peliharalah dirimu (ay. 21)

Hidup dalam lingkaran kasih Allah; buktinya setia menantikan kedatangan Yesus Kristus

4. Tunjukkan belas kasihan (ay. 22)

Keselamatan tidak egois. Karena itu, kita harus tetap setia memberitakan injil Kristus kepada yang ragu-ragu dan yang belum mendengar tentang Dia.

Apakah kita sudah menerima dan melakukan pesan Tuhan yang telah disampaikan oleh Yudas kepada kita? Renungkanlah! (cellinden)

DOA YANG PENUH KUASA
(Markus 10 : 46 - 52)


Kita semua pernah berdoa, akan tetapi saya yakin kita juga pasti pernah bertanya bagaimana berdoa dengan penuh kuasa apalagi ketika doa kita belum dijawab. Alkitab mengajarkan prinsip-prinsip doa yang penuh kuasa berdasarkan laporan Markus tentang peristiwa penyembuhan Bartimeus, seorang buta yang menghabiskan waktunya di tepi jalan. Doa yang berkuasa adalah doa yang :

1. Ditujukan pada alamat yang tepat (ay. 46-47)

Alamat doa yang tepat ialah Yesus Kristus, Anak Daud (lih. Yoh. 14:13-14; 16:24); diluar itu hanya kesia-siaan.

2. Tidak menyerah (ay. 48-49)

Ketekunan, tekad yang bulat, dan tidak jemu-jemu merupakan pokok penting pada waktu seseorang berdoa (Luk. 11:5-10; bnd. 18: 1-8; KPR. 12:1-19). Jawaban Tuhan atas doa kita tidak dapat kita nikmati jika kita menyerah (baca: berhenti berdoa).

3. Menanggalkan hal-hal yang menghambat (ay. 50)

Pastikan kita sudah meninggalkan dosa ketika kita menghampiri Tuhan dalam doa. Jika tidak doa kita adalah doa yang tidak penuh kuasa (Yes. 59:2; Yak. 5:16).

4. Menyatakan keinginan hati (ay. 51)

Selain kebutuhan, kita juga boleh menyampaikan keinginan hati (Flp. 4:6; Yoh. 15:7)

5. Harus dengan iman (ay. 52)

Iman harus merupakan landasan doa (lih. Mrk. 11:24; Ibr. 11:1)
Doa yang berkuasa menghasilkan hal-hal diluar jangkauan pemikiran kita (mujizat). Kesembuhan Bartimeus adalah contohnya. Doa ini juga meningkatkan hubungan dengan Yesus Kristus. Doa Bartimeus adalah doa yang berkuasa; bagaimana dengan doa kita ? Renungkanlah! (relly)

O P T I M I S

O P T I M I S
(1 Raja-raja 18:41 - 46)


Elia menghadapi persoalan besar yang mempertaruhkan seluruh komitmennya kepada TUHAN. Ia harus berhadapan dengan para nabi Baal dalam upaya menurunkan hujan bagi bangsa itu. Sebagai manusia, tentu saja, wajar jika Elia pesimis; Alkitab melaporkan sebaliknya, Elia justru optimis. Kadang-kadang kita merasa pesimis dengan apa yang ada di depan kita, oleh sebab itu marilah kita belajar dari Elia bagaimana bersikap optimis dalam segala situasi.
1. Berharap kepada Tuhan (ay. 42)
Kekuatan untuk bersikap optimis tidak terletak pada kehandalan diri sendiri, tetapi bersumber dari sikap bergantung pada Tuhan. Doa merupakan bukti harapan kepada Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa Perhatian Tuhan hanya ditujukan kepada orang-orang yang takut dan berharap kepada Dia (Mzm. 33:18; 147:11; Rat. 3:25).
2. Bertekun (ay. 43)
Elia terus berdoa sekalipun enam kali menerima laporan yang mengecewakan, tidak ada tanda hujan akan turun. Elia tahu apa yang harus dilakukannya, bertekun. Fiman Tuhan menegaskan, Tuhan mengasihi orang yang bertekun mencari Dia (Ams. 8:17).
3. Tidak Pesimis (ay. 44)
Informasi terakhir dari bujangnya semakin membuat Elia optimis bahwa hujan pasti turun. Ia yakin awan kecil itu tanda bahwa Tuhan sudah mendengar doanya. Itulah sebabnya dia menyuruh raja Ahab untuk segera bergegas pulang sebab derau hujan telah terdengar.
4. Mengalami Mujizat Tuhan (ay. 45, 46).
Bagian ini menegaskan bahwa orang yang optimis pasti mengalami mujizat Tuhan. Elia layak menerima jawaban Tuhan sebab ia optimis Tuhan pasti mendengar doanya.
Bagaimana, sudahkah kita berharap kepada Tuhan? Apakah kita tetap bertekun sekalipun belum ada tanda dari Tuhan? Masihkah kita pesimis padahal sudah ada tanda? Renungkanlah! (sy@rah)

PENGHARAPAN, IMAN & KASIH

(1 Petrus 1:3 - 6)

Tidaklah cukup hanya menjadi seorang Kristen. Semua orang Kristen, tidak terkecuali, membutuhkan peneguhan terhadap komitmen mereka untuk menjadi Kristen (baca: pengikut Kristus). Rasul Petrus menguraikan tiga pokok penting iman Krsiten yang menjadi dasar kepercayaan kepada Kristus, yaitu:

1. Pengharapan

Di dalam Kristus ada pengharapan yang pasti dan aman (Ibr. 6:19). Tidak ada harapan yang tidak mengecewakan kecuali, berharap kepada Kristus, sebab di dalam Dia kasih Allah telah dicurahkan kepada kita (Rm. 5:5-6). Hanya di dalam Yesus ada hidup yang penuh pengharapan untuk menerima bagian yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu yaitu keselamatan (I Ptr. 1:5). Ingat, Alkitab menentang harapan kepada manusia (Yes. 2:22; bnd. Yer. 17:7, 8).

2. Iman

Iman adalah dasar hidup kekristenan (Ibr. 11:1). Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6). Alkitab mencatat, Yesus terkesan dengan iman seorang perwira Romawi sehingga Ia jujur berkata bahwa tidak ada iman seperti itu pada orang Yahudi (Mat. 8:5-13). Iman perwira itu adalah iman yang penuh belas kasihan kepada orang lain (ay. 10). Iman sejati berpusat kepada pikiran dan perasaan Kristus, dan tidak egois.

3. Kasih

Orang percaya tidak dipanggil untuk hidup bagi dirinya sendiri, melainkan untuk berbagi hidup dengan orang lain (I Ptr. 1:12). Kasih harus menjadi gaya hidup bukan sekedar slogan yang terus-menerus disiarkan tanpa motifasi untuk melakukannya. Identitas kasih telah dijelaskan oleh paulus dalam I Kor. 13:4-13.

Pengharapan, iman, dan kasih bukan pilihan. Kita tidak dapat memilih yang satu lalu mengabaikan yang lain. Karena itu, pastikan ketiga pokok penting ini telah menjadi bagian hidup kita! (defry)

MAKIN DITINDAS MAKIN MERAMBAT

(Keluaran 1:1 - 22)

Bacaan kita hari ini adalah kisah mengenai bangsa Israel, umat pilihan Allah, yaitu suatu bangsa yang lahir dari keturunan Abraham sebagai penggenapan janji Allah kepadanya. Ada banyak hal yang dialami bangsa itu selama berada di Mesir, diantaranya bekerja sebagai budak. Inilah masalah utama bangsa Israel yang mana sebagai budak hak untuk hidup pun diselewengkan. Sungguh, Israel berada dalam tekanan yang memojokkan, tetapi fakta alkitabiah melaporkan bahwa bangsa itu tetap eksis bahkan dianggap sebagai ancaman bagi orang Mesir, semakin ditekan semakin merambat. Mengapa demikian? Berikut rahasianya:

1. Tuhan telah memilih Israel

Bila Tuhan yang memilih, tidak ada yang dapat membatalkannya (KPR. 5:38-39; Why. 3:7). Israel adalah umat pilihan Tuhan, karena itu upaya apapun untuk membinasakan mereka tidak dapat membatalkan pilihan itu.

2. Tuhan selalu menyertai bangsa Israel

Pemazmur berkata, “Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu” (Mzm. 34:20). Israel mengalami banyak tekanan, tetapi oleh karena penyertaaan Tuhan mereka dapat mengatasi segala tekanan itu.

3. Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu

Intimidasi yang dialami Israel adalah sarana untuk membangkitkan ketergantungan kepada Allah yaitu adanya pemahaman bahwa segala sesuatu ada hikmahnya (Rm. 8:28).
Jika kita yakin bahwa kita adalah umat pilihan Allah dan bahwa penyertaan Allah tidak pernah beralih dari kita, maka kita juga harus paham bahwa dalam segala perkara Tuhan punya rencana yang besar.

Ingat, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rom. 8:28). Renungkanlah, Amin ! (sy@rah)

PERCAYA KEPADA TUHAN SEKALIPUN DALAM KEADAAN TERJEPIT

(I Samuel 30:6)

Makna penderitaan:

1. Supaya manusia belajar percaya kepada Tuhan (I Sam.30:6; Mzm. 116:10)

2. Supaya manusia tidak percaya pada diri sendiri (II Kor. 1:9)

3. Supaya manusia berharap pada Allah (II Kor. 4:8: Mzm. 148:3-6)

4. Supaya manusia ingat kepada Tuhan (Mzm. 42:7; Rm. 4:17-18)

5. Supaya iman manusia tidak lemah (Rm. 4:19) (petrus)

HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA ALLAH

(Filipi 4:4 - 7)


Semua orang mempunyai mimpi untuk hidup dalam damai sejahtera Allah. Banyak cara telah ditempuh sebagai upaya menghadirkan damai sejahtera itu. Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Filipi menjelaskan 4 hal yang perlu dilakukan supaya hidup dalam damai sejahtera Allah, antara lain:

1. Bersukacitalah (ay. 4)

Tidak sulit menunjukkan sukacita dikala senang, tetapi akan begitu sulit dilakukan ketika seseorang dilanda kesusahan. Firman Tuhan menegaskan “bersukacita” tidaklah mengenal situasi, artinya dalam segala kondisi kita senantiasa bersukacita. Paulus menjadi contoh yang baik bagi kita; ia tetap bersukacita sekalipun berada di penjara (Flp. 1:17).

2. Tunjukkan kebaikan hati (ay. 5)

Kita semua mendambakan orang lain melakukan yang baik terhadap kita. Namun kita harus terlebih dahulu melakukan kebaikan bagi orang lain. Matius menulis, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Mat. 7:12). Alasan dari semua itu ialah Tuhan sudah dekat.

3. Jangan Kuatir (ay. 6)

Tuhan yang kita sembah adalah Allah yang dengan setia memelihara dan memenuhi segala keperluan umat-Nya, karena itu janganlah kuatir tentang apapun juga (Luk. 12:25; bnd. 1 Ptr. 5:7).

4. Nyatakan Keinginan (ay. 6)

Permohonan kepada Tuhan tidak saja mencakup kebutuhan, tetapi juga segala keinginan kita. Hal itu harus disampaikan dalam doa dan ucapan syukur (1 Tes. 5:18).
Poin 1 – 4 adalah perintah yang bersifat keharusan bukan pilihan. Karena itu marilah berlomba-lomba untuk melakukannya. Siapkah saudara? Renungkanlah ! (relly)

BERSYUKUR KEPADA TUHAN

(Mazmur 138:1-8)

Sepanjang hidup kita harus mengucap syukur kepada Tuhan. Mungkin kita bertanya mengapa harus bersyukur? Ada banyak alasan untuk mengucap syukur kepada Allah, tetapi pada dasarnya mengucap syukur itu menyenangkan hati Tuhan. Inilah gaya hidup yang harus dikembangkan oleh semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Dalam pembacaan kita, pemazmur mencatat beberapa alasan yang mendasari ucapan syukur kepada Allah, yakni:

1. Mengucacap syukur atas kasih setia Tuhan (ay. 2)

Semua orang di dunia, baik yang percaya kepada Tuhan Yesus maupun yang tidak percaya kepada-Nya bahkan atheis, pasti dirundung masalah. Tetapi masalah sesungguhnya ialah kesiapan kita menghadapi persoalan hidup. Kita, pengikut Kristus, mempunyai jaminan yang pasti bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita ketika kita berada dalam kesulitan. Itulah sebabnya kita harus mengucap syukur kepada-Nya. Sesungguhnya Allah selalu memberikan kesempatan kepada kita untuk melakukan bagian kita, karena itu biarkanlah Allah melakukan bagian-Nya bagi kita. Waktu kita berserah Tuhan pasti menjawab doa kita.

2. Mengucap syukur atas janji-janji TUHAN (ay. 4)

Hal terindah yang kita miliki dalam hidup ialah kesempatan untuk menikmati janji Allah. Ia tidak pernah mewakilkan janji-Nya kepada pribadi lain, selain diri-Nya sendiri. Janji Tuhan terbesar bagi manusia ialah setiap orang yang percaya kepada-Nya pasti diselamatkan (Yoh. 3:16; Yoh. 14:6; bnd. KPR. 4:12). Saudara dan saya adalah orang-orang yang sudah percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan juruselamat, karena itu kita semua adalah orang-orang yang sudah diselamatkan (pasti masuk surga).

3. Mengucap syukur atas kemuliaan Tuhan (ay. 5)

Tuhan itu penuh kemuliaan. Dalam kebesaran-Nya Dia melihat orang yang hina sekaligus mengenal orang yang sombong (ay. 6). Tuhan selalu ada dalam tiap situasi hidup kita. Dia senantiasa melindungi, menolong dan menyelamatkan orang-orang yang berlidung pada-Nya (ay. 7). Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya oleh karena kasih setia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya (ay. 8). Sudahkah ucapan syukur menjadi gaya hidup saudara? Amin ! (defry)

SIAPAKAH YANG DISENANGI TUHAN ?

(Mazmur 147: 11)

Bagaimana perasaan saudara, andaikata dari 200 juta lebih penduduk Indonesia dan diantara sekian banyak publik figur, kaum cendekiawan, politikus, dan elemen masyarakat lainnya yang ada di Indonesia, hanya saudara yang disenangi presiden negeri ini? Saya tidak dapat menggambarkan kegembiraan saudara ketika saudara dinobatkan sebagai orang yang paling disenangi SBY. Yang jelas saudara pasti senang dan otomatis tidak akan melupakan momen itu sepanjang hidup. Hei, jangan terlena, itu hanya ada di dalam dunia ‘andaikata’. Kalau begitu, siapakah yang disenangi oleh orang paling berkuasa di negeri ini? Pastinya, saya, saudara, dan kita semua tidak tahu.

Pernahkah saudara bertanya - setidaknya dalam hati – siapakah yang paling disenangi Tuhan, Allah, pencipta semesta? Atau pernahkah saudara membayangkan sebagai pribadi yang disenangi Tuhan? Siapapun kita dan bagaimana adanya kita, mungkin kita pernah bermimpi menjadi orang yang begitu disenangi oleh Pribadi yang paling berkuasa di dunia dan di sorga, Tuhan yang kita sembah dalam nama Yesus Kristus. Untuk itu kita mungkin juga pernah bertanya bagaimana caranya menjadi orang yang disenangi Tuhan? Sebagian diantara kita mungkin berkata “tidak mungkin kita dapat melakukannya, karena kita makhluk berdosa”. Tetapi Alkitab menulis bahwa kita dapat menjadi pribadi yang disenangi Tuhan dengan cara:

1. Takut akan Dia, dan

2. Berharap akan kasih setia-Nya

Pemazmur berkata “Tuhan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya” (Mzm. 147: 11). Ini bukan mimpi, kita pun tidak sedang ada dalam dunia andaikata. Ini kenyataan, persoalannya sudahkah kita takut akan Tuhan, dan berharap akan kasih setia-Nya ? Andakah pribadi yang disenangi Tuhan? Amin! (cellinden)