Jumat, 05 September 2008

O P T I M I S

O P T I M I S
(1 Raja-raja 18:41 - 46)


Elia menghadapi persoalan besar yang mempertaruhkan seluruh komitmennya kepada TUHAN. Ia harus berhadapan dengan para nabi Baal dalam upaya menurunkan hujan bagi bangsa itu. Sebagai manusia, tentu saja, wajar jika Elia pesimis; Alkitab melaporkan sebaliknya, Elia justru optimis. Kadang-kadang kita merasa pesimis dengan apa yang ada di depan kita, oleh sebab itu marilah kita belajar dari Elia bagaimana bersikap optimis dalam segala situasi.
1. Berharap kepada Tuhan (ay. 42)
Kekuatan untuk bersikap optimis tidak terletak pada kehandalan diri sendiri, tetapi bersumber dari sikap bergantung pada Tuhan. Doa merupakan bukti harapan kepada Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa Perhatian Tuhan hanya ditujukan kepada orang-orang yang takut dan berharap kepada Dia (Mzm. 33:18; 147:11; Rat. 3:25).
2. Bertekun (ay. 43)
Elia terus berdoa sekalipun enam kali menerima laporan yang mengecewakan, tidak ada tanda hujan akan turun. Elia tahu apa yang harus dilakukannya, bertekun. Fiman Tuhan menegaskan, Tuhan mengasihi orang yang bertekun mencari Dia (Ams. 8:17).
3. Tidak Pesimis (ay. 44)
Informasi terakhir dari bujangnya semakin membuat Elia optimis bahwa hujan pasti turun. Ia yakin awan kecil itu tanda bahwa Tuhan sudah mendengar doanya. Itulah sebabnya dia menyuruh raja Ahab untuk segera bergegas pulang sebab derau hujan telah terdengar.
4. Mengalami Mujizat Tuhan (ay. 45, 46).
Bagian ini menegaskan bahwa orang yang optimis pasti mengalami mujizat Tuhan. Elia layak menerima jawaban Tuhan sebab ia optimis Tuhan pasti mendengar doanya.
Bagaimana, sudahkah kita berharap kepada Tuhan? Apakah kita tetap bertekun sekalipun belum ada tanda dari Tuhan? Masihkah kita pesimis padahal sudah ada tanda? Renungkanlah! (sy@rah)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda