Sabtu, 06 September 2008

KESABARAN ALLAH YANG LUAR BIASA

(Roma 2 : 4)


Yang paling saya ingini dalam hidup ini adalah Allah berkenan menunjukkan setiap hal yang berlawanan dengan kehendak-Nya dalam hidup saya, dan Dia berkenan memberi saya anugerah yang cukup untuk berpaling dari hal yang berlawanan dengan kehendak-Nya itu. Inilah yang ingin saya lakukan: menyenangkan hati Allah, bukannya mendapatkan pujian dari dunia. Saya ingin hidup sedemikian rupa sehingga Allah dapat bersabda, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia” (Mat. 25:23). Saya tidak ingin menumpuk sedikit kekayaan di dunia ini serta menerima pujian manusia hanya untuk beberapa tahun yang singkat, dan kemudian mengetahui bahwa ternyata saya tidak menyenangkan hati-Nya.

Betapa indahnya hidup kita, jika Allah telah mengampuni setiap dosa dan kesalahan kita. Betapa murninya hati nurani kita, jika kita telah membawa setiap hal kepada cahaya Allah yang menerangi, berpaling dari dosa kita, dan mengalami pemurnian-Nya yang begitu dalam dan tuntas.

Sebelum renungan ini saya akhiri, ada suatu pemikiran lagi yang menimbulkan pertobatan. Rasul Paulus menulis dalam kitab Roma: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (2:4).

Kiranya Tuhan membuka mata kita hari ini dan menunjukkan betapa baiknya Dia kepada kita dalam hari-hari hidup kita. Mari renungkan bersama-sama! (d. l. moody)

GAYA HIDUP ANAK-ANAK TERANG

(Galatia 5:16, 17)

Kadang-kadang aku bingung bagaimana harus bertingkah laku layaknya anak-anak terang. Ini terjadi karena gaya hidup yang ditawarkan dunia lebih mengasyikkan dan menyentuh kesukaanku. Kelihatannya, dunia memang selalu mengerti dengan apa yang aku suka bahkan dunia menyediakannya bagiku tepat pada saat aku membutuhkannya; tanpa harus menunggu. Akan tetapi aku harus sadar bahwa apa yang dunia tawarkan padaku bukanlah sesuatu yang benar-benar tepat sesuai keinginanku. Sebab kebutuhan utama sebagai anak-anak terang ialah menunjukkan gaya hidup yang cocok dengan Terang Sejati, Yesus Kristus. Jelas ini bertolak belakang dengan dunia. Dunia lebih menyukai aku tetap berada dalam kegelapan, sedangkan Kristus menghendaki aku hidup dalam terang. Tetapi untuk menunjukkan gaya hidup anak-anak terang aku harus rela membayar harga; ada yang perlu aku lakukan, yaitu:


1. Melawan keinginan daging

Hidupku harus dalam pimpinan Roh yaitu menyalibkan keinginan daging bersama Tuhan Yesus. Artinya aku tidak bersahabat dengan dunia (Yak. 4:9).

2. Melawan kuasa yang bekerja dibalik manusia

Aku membiarkan kuasa Tuhan Yesus bekerja dengan aktif dalam diriku, sehingga aku dapat melawan segala kuasa yang menekanku untuk hidup secara daging (Ef. 6:1-12).

3. Melawan kuasa iblis

Aku tidak boleh mengandalkan kekuatanku, tetapi mengandalakan kuasa Tuhan Yesus yaitu tunduk pada-Nya (Yak. 4:7) dengan iman yang teguh (1 Ptr. 5:9).
Hanya dengan cara-cara itulah aku dapat bergaya hidup anak-anak terang. Sealin itu tidak ada cara yang lain, sebab padaku hanya diberikan dua pilihan hidup oleh roh atau hidup menuruti hawa nafsu dunia (kedagingan).

Bagaimana dengan kita, apakah kita sudah mempunyai kerinduan untuk hidup sebagai anak-anak terang? Mari kita renungkan bersama-sama! (sy@rah)

HIDUP DALAM PENYERTAAN ALLAH
(Filipi 4:8, 9)


Banyak orang dengan mudah menyatakan bahwa hidupnya disertai Allah. Tetapi gaya hidupnya tidak membuktikan hal itu; tindakan tidak sesuai dengan perkataan. Fakta ini jelas menegaskan bahwa hidup seperti telah digambarkan diatas bukanlah ciri hidup yang ada dalam penyertaan Allah. Kalau begitu, apa ciri khas hidup yang disertai Allah? Satu-satunya sumber dan dasar untuk menjawab pertanyaan ini ialah Alkitab. Dalam bacaan kita hari ini, Paulus menuliskan dua hal penting yang merupakan ciri utama sekaligus sebagai cara untuk hidup dalam penyertaan Allah, antara lain :

1. Berpikir sesuai kehendak Allah (ay. 8)

Untuk mengalami penyertaan Allah, orang percaya harus mengarahkan pikirannya pada semua yang benar (hal-hal yang pas dengan standar Allah), semua yang mulia (layak dihormati), semua yang suci (jujur), semua yang adil (kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama), semua yang manis (hal-hal yang indah), semua yang sedap didengar (menerima dan meneruskan laporan yang baik, bukan gosip), semua yang disebut kebajikan, dan semua yang patut dipuji. Semua ini saling bertalian, artinya tidak dapat dipisahkan. Kita tidak boleh memilih untuk melakukan satu hal saja dan mengesampingkan yang lain; semua harus dilakukan.

2. Meneruskan teladan orang percaya (ay. 9)

Mengembangkan gaya hidup sesuai dengan gaya hidup orang percaya atau rasul-rasul adalah langkah selanjutnya untuk hidup dalam penyertaan Allah. Hal ini terfokus pada persoalan-persoalan etika (moral). Tentu saja hal-hal yang memuliakan Allah. Apa yang sudah dipelajari, diterima, didengar, dan dilihat harus diterapkan dalam hidup kita. Inilah cara dan ciri khas hidup yang ada dalam penyertaan Allah. Bagaimana dengan kehidupan kita, apakah kita sudah hidup dalam penyertaan Allah? Sudahkah kita mengambil tindakan yang mengarah pada hidup dalam penyertaan Allah? Mari kita renungkan bersama-sama! (cellinden)

Jumat, 05 September 2008

CARA MENGASIHI TUHAN

(Ulangan 6:1 - 13)


Kadang kita mengalami kesulitan untuk mengasihi Tuhan. Kita tidak tahu cara yang benar untuk mengasihi Tuhan; tetapi Alkitab memberitahukan kepada kita bagaimana harus menunjukkan kasih kepada Tuhan, antara lain:

1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati (ay. 5)

Segenap hati artinya bukan dengan paksaan, bukan juga karena tradisi. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa sama artinya dengan tulus. Inilah ibadah yang sejati (Rm. 12:1); Firman Tuhan menegaskan bahwa yang utama yang harus dilakukan seorang manusia ialah mencari lebih dahulu kerajaan Allah (baca: mengasihi Tuhan – Mat. 6:33). Bukti seorang mengasihi Tuhan ialah tinggal dalam firman-Nya (Yoh. 15:7). Hal ini harus dilakukan dengan setia (Ul. 11:1). Inilah kewajiban kita. Dengan demikian Allah memegang perjanjian-Nya dengan kita (Ul. 7:9, 12-15). Selain itu bukti lain seseorang mengasihi Tuhan ialah mendengarkan perintah-Nya dengan mengasihi dan menuruti perintah-Nya (Ul. 11:13-15)

2. Melakukan tugas dari Tuhan (ay. 6, 7)

Mengasihi Tuhan sesungguhnya tidak hanya mendengarkan dan melakukan firman-Nya tetapi juga harus meneruskannya kepada orang lain. Mengajarkan dan membimbing anak-anak untuk mengasihi Tuhan dengan setia merupakan manifestasi kasih kepada Tuhan. inilah jalan yang telah ditentukan-Nya bagi kita (ay. 12, 20).

3. Komitmen untuk Setia kepada Tuhan (ay. 24 - 25)

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan melakukan tugas-Nya adalah tindakan yang baik akan tetapi semua itu menjadi tidak berguna jika kita tidak setia. Pengukur komitmen kita kepada Tuhan bukan apa yang kita lakukan melainkan kerelaan untuk berpegang teguh (setia) pada segala perintah-Nya.

Apakah kita sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati? Dan sudahkan kita melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita? Dan bagaimana dengan kesetiaan kita? Renungkanlah! (defry)

KEMBALI KE IMAN

(Yudas 1 : 17 - 24)

Ada banyak peristiwa yang mewarnai kehidupan kekristenan kita, mulai dari kejadian-kejadian yang bersifat natural sampai dengan segala peristiwa yang bersifat supra-natural. Tiap kejadian, terutama peristiwa supra-natural, menimbulkan dampak yang berbeda-beda (variatif) terhadap pertumbuhan iman orang percaya. Tentu saja hal ini tidak dapat dipisahkan dengan kapasitas iman orang percaya. Iman yang kuat dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh dunia bahkan hal-hal yang kelihatannya rohani adalah iman yang dibagun diatas kebenaran hakiki, firman Allah. Iman inilah yang tidak akan terbawa dalam omong kosong beberapa orang yang menyebut – bahkan menyamakan – diri dengan Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan menyampaikan ajaran miring. Muncul atau tidaknya ajaran-ajaran yang menyimpang dari firman Allah tidaklah seberapa penting; sebab yang penting ialah sejauhmana keteguhan iman kita pada firman Allah. Firman Allah tidak hanya menyatakan segala hal tentang para penyesat, tetapi juga memberikan tips untuk menghadapi mereka. Yudas merumuskannya kepada orang-orang percaya sebagai berikut:

1. Ingatlah perkataan para rasul (ay. 17; 2 Ptr. 3:2-6)

Ketekunan membaca Alkitab menolong kita dalam memahami munculnya guru-guru palsu.

2. Bangunlah dirimu sendiri (ay. 20; Kol. 2:7; I Tes. 5:11)

Memiliki iman yang suci dan tidak berhenti berdoa adalah ciri membangun diri dalam Kristus.

3. Peliharalah dirimu (ay. 21)

Hidup dalam lingkaran kasih Allah; buktinya setia menantikan kedatangan Yesus Kristus

4. Tunjukkan belas kasihan (ay. 22)

Keselamatan tidak egois. Karena itu, kita harus tetap setia memberitakan injil Kristus kepada yang ragu-ragu dan yang belum mendengar tentang Dia.

Apakah kita sudah menerima dan melakukan pesan Tuhan yang telah disampaikan oleh Yudas kepada kita? Renungkanlah! (cellinden)

DOA YANG PENUH KUASA
(Markus 10 : 46 - 52)


Kita semua pernah berdoa, akan tetapi saya yakin kita juga pasti pernah bertanya bagaimana berdoa dengan penuh kuasa apalagi ketika doa kita belum dijawab. Alkitab mengajarkan prinsip-prinsip doa yang penuh kuasa berdasarkan laporan Markus tentang peristiwa penyembuhan Bartimeus, seorang buta yang menghabiskan waktunya di tepi jalan. Doa yang berkuasa adalah doa yang :

1. Ditujukan pada alamat yang tepat (ay. 46-47)

Alamat doa yang tepat ialah Yesus Kristus, Anak Daud (lih. Yoh. 14:13-14; 16:24); diluar itu hanya kesia-siaan.

2. Tidak menyerah (ay. 48-49)

Ketekunan, tekad yang bulat, dan tidak jemu-jemu merupakan pokok penting pada waktu seseorang berdoa (Luk. 11:5-10; bnd. 18: 1-8; KPR. 12:1-19). Jawaban Tuhan atas doa kita tidak dapat kita nikmati jika kita menyerah (baca: berhenti berdoa).

3. Menanggalkan hal-hal yang menghambat (ay. 50)

Pastikan kita sudah meninggalkan dosa ketika kita menghampiri Tuhan dalam doa. Jika tidak doa kita adalah doa yang tidak penuh kuasa (Yes. 59:2; Yak. 5:16).

4. Menyatakan keinginan hati (ay. 51)

Selain kebutuhan, kita juga boleh menyampaikan keinginan hati (Flp. 4:6; Yoh. 15:7)

5. Harus dengan iman (ay. 52)

Iman harus merupakan landasan doa (lih. Mrk. 11:24; Ibr. 11:1)
Doa yang berkuasa menghasilkan hal-hal diluar jangkauan pemikiran kita (mujizat). Kesembuhan Bartimeus adalah contohnya. Doa ini juga meningkatkan hubungan dengan Yesus Kristus. Doa Bartimeus adalah doa yang berkuasa; bagaimana dengan doa kita ? Renungkanlah! (relly)

O P T I M I S

O P T I M I S
(1 Raja-raja 18:41 - 46)


Elia menghadapi persoalan besar yang mempertaruhkan seluruh komitmennya kepada TUHAN. Ia harus berhadapan dengan para nabi Baal dalam upaya menurunkan hujan bagi bangsa itu. Sebagai manusia, tentu saja, wajar jika Elia pesimis; Alkitab melaporkan sebaliknya, Elia justru optimis. Kadang-kadang kita merasa pesimis dengan apa yang ada di depan kita, oleh sebab itu marilah kita belajar dari Elia bagaimana bersikap optimis dalam segala situasi.
1. Berharap kepada Tuhan (ay. 42)
Kekuatan untuk bersikap optimis tidak terletak pada kehandalan diri sendiri, tetapi bersumber dari sikap bergantung pada Tuhan. Doa merupakan bukti harapan kepada Tuhan. Pemazmur mengatakan bahwa Perhatian Tuhan hanya ditujukan kepada orang-orang yang takut dan berharap kepada Dia (Mzm. 33:18; 147:11; Rat. 3:25).
2. Bertekun (ay. 43)
Elia terus berdoa sekalipun enam kali menerima laporan yang mengecewakan, tidak ada tanda hujan akan turun. Elia tahu apa yang harus dilakukannya, bertekun. Fiman Tuhan menegaskan, Tuhan mengasihi orang yang bertekun mencari Dia (Ams. 8:17).
3. Tidak Pesimis (ay. 44)
Informasi terakhir dari bujangnya semakin membuat Elia optimis bahwa hujan pasti turun. Ia yakin awan kecil itu tanda bahwa Tuhan sudah mendengar doanya. Itulah sebabnya dia menyuruh raja Ahab untuk segera bergegas pulang sebab derau hujan telah terdengar.
4. Mengalami Mujizat Tuhan (ay. 45, 46).
Bagian ini menegaskan bahwa orang yang optimis pasti mengalami mujizat Tuhan. Elia layak menerima jawaban Tuhan sebab ia optimis Tuhan pasti mendengar doanya.
Bagaimana, sudahkah kita berharap kepada Tuhan? Apakah kita tetap bertekun sekalipun belum ada tanda dari Tuhan? Masihkah kita pesimis padahal sudah ada tanda? Renungkanlah! (sy@rah)